Kamis, 23
Agustus 2012.
Hari pertama
aku tinggal di Bandung, aku dianterin sama semua keluarga. Berbondong-bondong
mamah, bapak, adek-adek, kedua nenek dan kakek, tante, sampe tetanggaku pun
ikut, satu mobil penuh ditambah si Iting sama ayahnya. Malu? Enggak kok, karena
itu termasuk salah satu hikmah tinggal di kampung, rasa toleransi kami masih
sangat kental. Yah meskipun pas mau balikin barangku yang ketinggalan, dengan
seenak jidat mereka markir mobil di halaman kampus terus jajan dan juga
makan-makan macam orang mau tamasya.
Hari Senin
Ospek baru mulai. Lha? Kok pindahnya dari Kamis? Apa gak kelamaan? Itu dia
masalahnya. Gara-gara tinggal di kampung orang tuaku masih percaya sama yang
namanya larangan bulan. Aku juga tidak begitu mengerti maksud dan tujuan
larangan bulan itu apa? Katanya sih kalo kita melanggarnya bakalan ada suatu
kejadian yang tidak diinginkan. Sebenarnya aku tidak begitu percaya, sebelum
aku melihat hadist atau ayat al-qur’an yang berbicara tentang itu. Terus kenapa
aku mau ngikutin semuanya. Karena ini adalah omongan orang tua dan omongan
orang tua itu manjur. Ridho orang tua kan segalanya. Ya gak?
Dan gara-gara
itu juga aku dan si Iting terlunta-lunta, dan terlempar kesana-kemari tinggal
dari satu kamar ke kamar lain. Kenapa? Karena bangunan kosan yang akan kita
tinggali ternyata belum selesai saudara-saudara. Awalnya kita disuruh tinggal
di kamar bawahnya, selama sehari semalem kita tinggal di kamar itu.
Sore-sore kita
belanja perlengkapan buat di kosan. Kita pergi deh ke Toserba. Dan si Iting
ngajak jalan kaki, yaudah kita jalan kaki. Tapi setelah ditelusuri kenapa kita
gak nyampe-nyampe juga? Ternyata lokasinya lumayan jauh lho. Dan selama di
perjalanan kita sempat bertanya-tanya, apakah di Bandung ini gak ada orang yang
suka pergi dengan jalan kaki? Karena selama perjalanan kita gak liat ada orang
jalan kaki di trotoar. Tapi terserahlah, kita harus belajar PD kalo mau
irit..hehe. Akhirnya setelah sampai di Toserba, jadilah kita macam emak-emak
yang mau belanja ke pasar. Muka kucel, baju lecek, ditambah mungkin aroma-aroma
yang ditimbulkan keringat kita. Tapi kami mohon maaf mas, mbak, bu, pak, ade’,
teteh, kami tidak bermaksud membuat perjalanan anda kurang nyaman. Semoga anda
semua selamat sampai tujuan. Setelah sampai di kosan kita mengap-mengap karena
kecapean, ditambah kita mengap-mengap karena total harga belanjaan kita guede
banget *menurut ukuran anak kos* hehe.
Eh pas kita
lagi selonjoran, si aa anaknya si ibu manggil-manggil.
“ Sok neng,
mau pindah sekarang?”
“ Emang udah
selesai?”
“ Udah.”
Buru-buru deh aku sama si Iting beres-beres. Malah kita disuruh gotong kasur
segala. Yang bener aja? Masa kita berdua disuruh gotong kasur segede itu? Kita
udah ribet-ribet beberes eh ternyata.....
“ udah sok ke
atas aja...”
“ ke loteng?”
Jiah, tau gitu
ngapain kita ribet-ribet beberes. Kalo Cuma pindah ke loteng sih ya udah
nyantai aja. Ternyata keadaan kamar loteng lebih woooow. Nyamuk-nyamuknya lebih
dahsyat. Apa harus aku minum baygon biar nyamuknya gak pada nyamperin? Aaahhh tidaaaakkk........ gak papa deh yang
penting malam ini kita bisa tidur.
Besoknya ,
pagi-pagi kita lagi enak-enak aja tiduran. Masih males bangun , eh si aa
anaknya si ibu udah manggil-manggil lagi.
“ Hey, mau
pindah kesana sekarang gak?”
“ Emang udah
selesai?”
“ Udah, yang
lain juga udah pada dateng.”
Oke kita
pindah, walaupun dengan keadaan muka yang masih dekil dan ada sesuatu di matamu
juga badan yang masih menebarkan aroma-aroma sesuatu karena kita belom mandi.
Hihi....
Kita pun
kembali berdungklik-dungklik ria membawa barang-barang kita ke kosan yang baru.
Dan balik lagi deh kita kaya korban bencana. Karena fasilitas yang dijanjikan
berupa satu unit lemari belum juga
datang sampai sore. Sampai setelah beberapa lama kita nunggu akhirnya lemari
datang dan kita beres-beres. Yah keadaan kamar mulai terlihat bentuknya
meskipun kamar kita tidak seperti kamar tetangga sebelah yang dipenuhi dengan
barang-barang lucu, sedangkan kamar kita dipenuhi dengan gundukan kardus.
Meyedihkan. Tapi tak apalah yang penting malam ini kita kembali tidur. Tapi
ternyata kita masih belum bisa tenang. Karena listriknya dikit-dikit mati
dikit-dikit mati. Huaammmhh menyebalkaaaan....
Sampai kapan
kita seperti ini???
Stop! Jangan
banyak mengeluh, kita masih lebih beruntung dibandingkan orang-orang-orang di
luar sana yang mungkin banyak sekali kekurangan. Karena seseorang pernah
mengatakan kesempurnaan adalah ketika kita merasakan sebuah kebahagiaan di
dalam kesederhanaan. Maka dari itu bersyukurlah atas apa yang telah Allah
berikan untukmu...:)
0 komentar:
Posting Komentar