Pages

Minggu, 02 September 2012

My First Trace At Bandung

Kamis, 23 Agustus 2012.
Hari pertama aku tinggal di Bandung, aku dianterin sama semua keluarga. Berbondong-bondong mamah, bapak, adek-adek, kedua nenek dan kakek, tante, sampe tetanggaku pun ikut, satu mobil penuh ditambah si Iting sama ayahnya. Malu? Enggak kok, karena itu termasuk salah satu hikmah tinggal di kampung, rasa toleransi kami masih sangat kental. Yah meskipun pas mau balikin barangku yang ketinggalan, dengan seenak jidat mereka markir mobil di halaman kampus terus jajan dan juga makan-makan macam orang mau tamasya.
Hari Senin Ospek baru mulai. Lha? Kok pindahnya dari Kamis? Apa gak kelamaan? Itu dia masalahnya. Gara-gara tinggal di kampung orang tuaku masih percaya sama yang namanya larangan bulan. Aku juga tidak begitu mengerti maksud dan tujuan larangan bulan itu apa? Katanya sih kalo kita melanggarnya bakalan ada suatu kejadian yang tidak diinginkan. Sebenarnya aku tidak begitu percaya, sebelum aku melihat hadist atau ayat al-qur’an yang berbicara tentang itu. Terus kenapa aku mau ngikutin semuanya. Karena ini adalah omongan orang tua dan omongan orang tua itu manjur. Ridho orang tua kan segalanya. Ya gak?
Dan gara-gara itu juga aku dan si Iting terlunta-lunta, dan terlempar kesana-kemari tinggal dari satu kamar ke kamar lain. Kenapa? Karena bangunan kosan yang akan kita tinggali ternyata belum selesai saudara-saudara. Awalnya kita disuruh tinggal di kamar bawahnya, selama sehari semalem kita tinggal di kamar itu.
Sore-sore kita belanja perlengkapan buat di kosan. Kita pergi deh ke Toserba. Dan si Iting ngajak jalan kaki, yaudah kita jalan kaki. Tapi setelah ditelusuri kenapa kita gak nyampe-nyampe juga? Ternyata lokasinya lumayan jauh lho. Dan selama di perjalanan kita sempat bertanya-tanya, apakah di Bandung ini gak ada orang yang suka pergi dengan jalan kaki? Karena selama perjalanan kita gak liat ada orang jalan kaki di trotoar. Tapi terserahlah, kita harus belajar PD kalo mau irit..hehe. Akhirnya setelah sampai di Toserba, jadilah kita macam emak-emak yang mau belanja ke pasar. Muka kucel, baju lecek, ditambah mungkin aroma-aroma yang ditimbulkan keringat kita. Tapi kami mohon maaf mas, mbak, bu, pak, ade’, teteh, kami tidak bermaksud membuat perjalanan anda kurang nyaman. Semoga anda semua selamat sampai tujuan. Setelah sampai di kosan kita mengap-mengap karena kecapean, ditambah kita mengap-mengap karena total harga belanjaan kita guede banget *menurut ukuran anak kos* hehe.
Eh pas kita lagi selonjoran, si aa anaknya si ibu manggil-manggil.
“ Sok neng, mau pindah sekarang?”
“ Emang udah selesai?”
“ Udah.” Buru-buru deh aku sama si Iting beres-beres. Malah kita disuruh gotong kasur segala. Yang bener aja? Masa kita berdua disuruh gotong kasur segede itu? Kita udah ribet-ribet beberes eh ternyata.....
“ udah sok ke atas aja...”
“ ke loteng?”
Jiah, tau gitu ngapain kita ribet-ribet beberes. Kalo Cuma pindah ke loteng sih ya udah nyantai aja. Ternyata keadaan kamar loteng lebih woooow. Nyamuk-nyamuknya lebih dahsyat. Apa harus aku minum baygon biar nyamuknya gak pada nyamperin?  Aaahhh tidaaaakkk........ gak papa deh yang penting malam ini kita bisa tidur.
Besoknya , pagi-pagi kita lagi enak-enak aja tiduran. Masih males bangun , eh si aa anaknya si ibu udah manggil-manggil lagi.
“ Hey, mau pindah kesana sekarang gak?”
“ Emang udah selesai?”
“ Udah, yang lain juga udah pada dateng.”
Oke kita pindah, walaupun dengan keadaan muka yang masih dekil dan ada sesuatu di matamu juga badan yang masih menebarkan aroma-aroma sesuatu karena kita belom mandi. Hihi....
Kita pun kembali berdungklik-dungklik ria membawa barang-barang kita ke kosan yang baru. Dan balik lagi deh kita kaya korban bencana. Karena fasilitas yang dijanjikan berupa satu  unit lemari belum juga datang sampai sore. Sampai setelah beberapa lama kita nunggu akhirnya lemari datang dan kita beres-beres. Yah keadaan kamar mulai terlihat bentuknya meskipun kamar kita tidak seperti kamar tetangga sebelah yang dipenuhi dengan barang-barang lucu, sedangkan kamar kita dipenuhi dengan gundukan kardus. Meyedihkan. Tapi tak apalah yang penting malam ini kita kembali tidur. Tapi ternyata kita masih belum bisa tenang. Karena listriknya dikit-dikit mati dikit-dikit mati. Huaammmhh menyebalkaaaan....
Sampai kapan kita seperti ini???
Stop! Jangan banyak mengeluh, kita masih lebih beruntung dibandingkan orang-orang-orang di luar sana yang mungkin banyak sekali kekurangan. Karena seseorang pernah mengatakan kesempurnaan adalah ketika kita merasakan sebuah kebahagiaan di dalam kesederhanaan. Maka dari itu bersyukurlah atas apa yang telah Allah berikan untukmu...:)

0 komentar:

Posting Komentar