Pages

Jumat, 12 April 2013

Rosella Untuk Rose



          Bunga-bunga merah ranum itu menghiasi sebidang tanah luas milik Juragan Joyo, juragan kaya raya di desa itu. Pohon-pohon bunga rosella itu sudah siap dipanen.  Tampak beberapa wanita tua dan muda tengah memetik bunga-bunga merah itu. Wanita-wanita itu adalah buruh yang bekerja pada juragan Joyo. Gaji yang mereka terima sebanyak dua puluh ribu rupiah per satu keranjang rosella yang mereka petik. Cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, karena biasanya mereka mendapatkan sekitar 3-4 keranjang setiap harinya.
“ Bu, sudah kalau ibu sakit, ibu istirahat saja! Biar Rose saja yang selesaikan.”
Gadis itu, Rosellina namanya. Ia adalah anak dari seorang buruh pemetik bunga rosella di kampung Lembah Pahuan. Ayahnya seorang saudagar dari Pakistan, hanya saja laki-laki itu tidak kembali lagi setelah menikahi Nensi, ibu Rose. Dan hal itu membuat kehidupan Nensi dan Rose kecil semakin sulit. Entahlah kemana perginya laki-laki tak bertanggung jawab itu.
          Tapi Nensi bukanlah wanita yang lemah. Ia mendidk Rose agar tumbuh menjadi seorang gadis yang kuat dan pekerja keras. Rose selalu membantu ibunya menjadi buruh pemetik bunga rosella. Kebun rosella itu telah menjadi saksi bagaimana sepasang ibu dan anak luar biasa itu memikul beban yang sangat berat. Ditambah semakin hari, kondisi kesehatan ibunya semakin buruk. Penyakit Tuberculosis yang dideritanya semakin meradang, dan akhir-akhir ini ibunya sering sekali batuk-batuk dan muntah darah.
***
          Pagi hari Rose sudah bersiap-siap untuk pergi ke kebun rosella. Juragan Joyo adalah pengusaha rosella yang sangat sukses. Memberikan banyak sekali lapangan pekerjaan untuk warga sekitar. Setelah bunga-bunga rosella itu selesai dipetik, pekerjaan para buruh lantas tidak berhenti sampai di sana. Para buruh itu dipekerjakan kembali untuk membuat teh rosella, mengemasnya, dan mengepaknya. Selain itu bunga-bunga rosella juga dijadikan sebagai manisan dan hasilnya dijual ke luar kota atau dipasarkan sendiri oleh para buruh di pasar tradisional.
          Dan hari ini adalah tugas Rose untuk menyusun dan merapikan kemasan-kemasan teh rosella yang telah selesai dikemas oleh buruh yang lain. Juragan Joyo telah mengenal Rose dengan baik. Rose terkenal sebagai pegawai yang rajin dan sangat profesional. Itulah sebabnya juragan Joyo memberikan kepercayaan kepada Rose sebagai seorang mandor di perkebunannya. Rose sangat telaten sekali mengerjakan pekerjaannya.
“ Rose...!” tiba-tiba juragan Joyo memanggilnya. Cepat-cepat Rose bangkit dari duduknya dan menghampiri juragan Joyo.
“ Iya, juragan?” dengan penuh hormat Rose bertanya pada juragannya.
“ Kamu masih ingat dengan Lim?” Rose tampak mengingat-ingat nama itu.
“ Lim? Oh, dia anak juragan kan?”
“ Iya, nanti sore Lim dan mamanya mau datang kesini. Kamu bisa menyiapkan makanan dan segala sesuatunya?” pinta juragan Joyo.
Lim adalah anak juragan Joyo dari istri keduanya di Hongkong. Istri pertama juragan Joyo sudah meninggal dalam kecelakaan kapal laut 10 tahun yang lalu. Juragan Joyo yang bertemu dengan Nyonya Chin Yan ketika ia sedang melakukan bisnis di Hongkong. Hingga akhirnya ia jatuh cinta dan menikahi Nyonya Chin Yan. Hanya saja, nyonya Chin Yan tidak mau berlama-lama tinggal di Indonesia, karena di Hongkong ia pun memiliki sebuah pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan.
***
          Terik matahari membakar setiap yang ada diantara naungannya. Hari ini langit berwarna biru bersih. Menyenangkan sekali menatapnya, jika saja tidak ada matahari yang menyilaukan. Tapi apa jadinya langit yang bersih itu tanpa sinar matahari.
          Sementara itu Rose dan beberapa buruh lainnya tengah beristirahat. Rose duduk di bawah pohon Lengkeng mandul itu. Menikmati bekal yang dibuatkan ibunya pagi tadi. Ibu tidak masuk kerja hari ini, karena sakitnya sedang kumat.
“ Rosella...!” seseorang berteriak dari kejauhan. Rose menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke sumber suara. Orang itu menghampiri Rose.
“ Sudah kubilang, namaku bukan rosella...” Rose menjawab sedikit ketus. Tapi orang itu nampaknya malah kegirangan melihat reaksi Rose.
“ Kamu ngapain kesini?” Rose bertanya basa-basi pada orang itu.
“ Suka-suka dong. Ini kan perkebunan papa saya” ungkapnya.
“ Kamu memang tak pernah berubah Lim, nyebelin...”
Meskipun Lim lama tinggal di Hongkong, tapi bahasa Indonesianya lancar. Maklum saja, dari kecil ia tinggal di Lembah Pahuan ini. Lim hanya numpang lahir di Hongkong, setelah berumur setengah tahun ia dibawa ke Indonesia dan dititipkan serta diurus oleh neneknya di Lembah Pahuan ini.
          Dari kecil Lim memang selalu memanggil Rose dengan panggilan Rosella. Pertemuan mereka juga bermula di kebun rosella ini. Rose dan Lim masih berusia 7 tahun. Rose memang sudah diajak oleh ibunya ke kebun rosella dari kecil. Rose kecil sedang asyik memetik bunga rosella, sementara keranjangnya ia taruh di bawah di samping tempatnya berdiri. Rose kecil bahkan sampai bersenandung ria karena saking riangnya, hari itu adalah hari pertamanya pergi ke kebun rosella.  Dan ketika itulah, Lim kecil yang sedang berlari-lari tidak sengaja menumpahkan keranjang rosella milik Rose. Tak ayal lagi, Rose geram dan memarahi Lim.
“ Ih, dasar anak nakal. Kamu kok numpahin rosella, Rose sih?” maki Rose, tapi anak itu malah melotot pada Rose, tidak menyadari apa yang sudah ia perbuat. Ibu yang mendengar teriakan Rose langsung menghampiri.
“ Ada apa Rose?”
“ Dia numpahin bunga rosella aku bu...” ungkapnya sambil menunjuk ke arah Lim.
“ Salah kamu, kenapa nyimpen keranjangnya di tengah jalan”
          Setiap habis bekerja memetik rosella, Rose selalu berteduh di bawah pohon lengkeng itu. Rose menengadahkan kepala dan melihat-lihat ke atas pohon. Siapa tahu ada buahnya.
“ Pohon lengkeng ini tidak berbuah, Rosela...” anak laki-laki itu menghampiri Rose dan duduk di sampingnya.
“ Dari mana kamu tahu? Dan namaku bukan rosela, anak nakal...”
“ Tadi kamu bilang Rose, kepanjangannya rosela kan? Dan aku tahu dari nenek. Nenek bilang pohon lengkeng ini mandul. Karena dari mulai nenek muda dulu, pohon lengkeng ini tidak pernah berbuah sampai sekarang.”
“ Dasar sok tahu...hahaha” Rose kecil tertawa amat lucu.
Semenjak saat itu, Lim memanggil Rose dengan nama rosela. Dan pohon lengkeng itu menjadi tempat mereka untuk bertemu, bermain, dan melakukan hal apapun.
“ Rosela, kamu udah punya pacar?” tanya Lim, iseng sebetulnya. Rose melongo, dan beberapa saat kemudian tawanya meledak.
“ Hahaha...sejak kapan Rose punya pacar? Dalam kamus aku gak ada yang namanya pacaran. Ibu bilang gak baik. Pamali...” dan kali ini, Lim yang balik menertawakan Rose. Mereka saling menjewer satu sama lain.
“ Padahal tadinya aku mau nawarin kamu untuk jadi pacarku...”ucap Lim polos. Rose jadi salah tingkah mendengar ucapan Lim. Tapi bukan Rose namanya, jika tidak pandai menyembunyikan perasaannya.
“ Yee, emangnya dagang sayur, ditawarin...”
          Mulai hari itu, selama Lim tinggal di Lembah Pahuan. Ia selalu datang ke tempat peristirahatan Rose, pohon lengkeng mandul. Lim selalu mencandai Rose tentang apapun. Mengganggu makan siang Rose. Mencuri bunga-bunga rosela yang telah dipetik oleh Rose. Dan apapun.
***
          Ibu adalah orang yang sangat tahu tentang perasaan Rose hanya dengan sekali menatap wajahnya. Semenjak Lim datang lagi dari Hongkong dan juragan Joyo menyuruh Rose untuk menyiapkan segala keperluan Lim dan Nyonya Chin Yan, Rose terlihat sangat ceria. Apalagi setelah Lim menghampirinya di pohon lengkeng tiap siang.
“ Rose, ibu tahu perasaanmu. Ibu mengerti. Tapi ibu juga minta padamu Rose. Kamu harus tahu dan sadar diri, kita ini siapa? Juragan Joyo itu siapa?” ibu menasihati Rose penuh kasih sayang. Rose berbalik dan menjawab dengan gurauannya.
“ Ibu, ibu tuh ngomong apa sih? Rose gak suka sama juragan Joyo.. hihi”
“ Lim...” ibu menegaskan, wajahnya serius. Dan Rose terpaksa harus menanggapi itu.
“ Bu, ibu tenang saja. Rose tahu kok. Rose juga sadar. Tapi bukankah cinta itu hak semua orang bu? Apakah orang-orang macam kita tidak berhak merasakannya?” ucap Rose. Ibu mengelus rambut Rose dengan halus.
“ Kamu berhak. Sangat berhak. Tapi tidak kepada Lim. Anak seorang juragan yang sudah banyak berbaik hati pada kita...”
“ Tapi bu, apa Rose juga tidak boleh menyimpan perasaan ini di hati Rose? Hanya untuk Rose?” ibu menarik kepala Rose ke dadanya. Membiarkan Rose menumpahkan semua perasaanya. Merasakan kehangatan kasih sayangnya.
***
          Dua tahun berlalu. Lim sudah kembali ke Hongkong dengan Nyonya Chin Yan tahun kemarin. Dan seperti janjinya pada ibu, perasaan itu hanya akan disimpan oleh Rose dalam hatinya. Lagipula Rose juga tahu, Lim tidak akan pernah memiliki perasaan yang sama dengannya. Lim tidak akan suka gadis sepertinya. Jika saja selama ini Lim baik dan selalu dekat dengannya. Itu hanya karena kerendahan hatinya dan karena Lim memang tidak memiliki teman lain di Lembah Pahuan ini. Kalaupun waktu kecil dulu Lim pernah mengatakan ingin jadi pacarnya, itu hanya gurauan anak kecil semata. Ia tahu betul, Lim dan dirinya tidak akan pernah bisa bersatu. Benteng besar sangat kuat menghalangi mereka.
          Ibu semakin buruk saja keadaannya. Sejak beberapa bulan yang lalu. Ia sudah tidak pernah lagi datang ke kebun. Semuanya Rose yang menghandle. Sore ini, Rose baru pulang dari bekerja, setelah mandi dan bersih-bersih serta menyiapkan makan malam, Rose menghampiri ibu yang sedang duduk di kursi ruang tengah dengan syal melilit di  lehernya.
“ Rose...” dengan suara terbatuk-batuk ibu memanggil Rose.
“ Iya bu?”
“ Tadi keluarga Fadli datang kemari.”
“ Ada apa bu?” Fadli adalah laki-laki yang selama ini selalu mendekati Rose.
“ Ibu rasa ia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab” ibu mengulum senyum. Rose sudah mengerti kemana arah pembicaraan ibu.
“ Apa mereka membicarakan hal yang serius, bu?”
“ Mereka ingin melamarmu Rose”  Rose menghela nafas dalam.
“ Tapi bu...”  bicaranya terhenti. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Jujur saja, Rose masih mengharapkan Lim yang akan menjadi teman hidupnya. Walaupun itu memang sangat tidak mungkin.
“ Apakah kamu masih memikirkan Lim?” Rose tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Ibu mengerti, sangat mengerti tentang hal itu. Tapi justru karena itulah. Ibu tidak ingin Rose terlalu memikirkan laki-laki yang memang tidak mungkin bersamanya.
          Keesokan harinya, sebelum berangkat bekerja Rose menghampiri ibu dan berbicara serius terlebih dahulu. Semalaman ia sudah berpikir matang-matang sampai ia tidak bisa tidur. Rose harus bisa membuka hati untuk laki-laki lain. Lim sudah pergi dan mungkin ia tidak akan pernah mempedulikan perasaan Rose kalaupun ia tahu itu. Rose memutuskan untuk menerima lamaran keluarga Fadli. Ia berpikir mungkin Fadli memang laki-laki yang dipasangkan Allah untuknya. Ia harus bisa membuka hati.
***
          Hari itu, rumah kecil Rose sudah ramai didatangi para tetangga yang akan membantu mempersiapkan acara pernikahan Rose dengan Fadli. Di kamar, Rose sudah didandani sedemikian rupa oleh perias yang didatangkan oleh keluarga Fadli. Cantik, Rose terlihat pangling. Pukul 08.00 pagi, akad nikah akan dilaksanakan secara sederhana di rumah Rose. Rumah kecil yang berada di tepi kebun rosella.
          Ibu, Fadli, dan semua yang berada di ruangan itu, menunggu kedatangan Rose. Kreek. Pintu kamar Rose dibuka perlahan. Semua orang menoleh. Semua terpaku melihat Rose yang begitu cantik, dibalut dengan kabaya warna putih. Fadli dan semua orang disana tersenyum. Satu lagi anugerah yang diberikan untuk seorang anak manusia. Kecantikan yang datang tidak hanya dari paras yang rupawan, tapi juga hati yang mulia. Rose didudukan di samping Fadli, yang juga sudah memakai pakaian adat sunda. Akad nikah segera dilaksanakan. Wak Mahmud sebagai saudara laki-laki terdekat Rose, menjadi wali nikahnya. Juragan Joyo pun turut hadir dalam pesta sederhana itu.
          Selesai akad nikah, beberapa resepsi sederhana pun dilaksanakan. Rose tampak dengan senyumnya yang merekah. Tampak wajah ibu tidak sepucat biasanya. Ibu juga berbahagia, dengan kebahagiaan yang juga dirasakan oleh Rose.
***
          Esok hari setelah menikah. Rose minta izin kepada suaminya  untuk pergi ke kebun rosella. Ia ingin menikmati suasana kebun rosella, sebelum ia benar-benar akan meninggalkannya. Rose akan tinggal bersama suaminya. Di rumah baru yang akan mereka tempati untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
          Rose berjalan menyusuri jalan-jalan setapak di antara pohon-pohon rosela yang baru tumbuh sepinggang orang dewasa. Menyusuri jalan itu, hingga akhirnya sampailah ia di tempat itu. Pohon lengkeng mandul, tempat ia dan Lim sering bersama dulu. Rose menatap pohon itu lamat-lamat, banyak kenangan yang telah ia lalui selama ia berada di Lembah Pahuan ini dan kenangan ketika ia bersama Lim. Rose menengadahkan pandangannya. Dahinya mengkerut, dilihatnya sebuah kertas terselip diantara dahan-dahan pohon lengkeng. Penasaran, lantas ia mengambil kertas itu. Membuka, kemudian membacanya.

Untuk Rosella,
Aku tahu sebelum kamu pergi, kamu pasti akan datang dulu ke tempat ini. Rosella tidak akan pernah terpisahkan dari kebun ini. Dasar penjaga kebun. Kalaupun tidak, taka pa. setidaknya suatu saat kamu pasti berkunjung ke tempat ini lagi bukan?
Selamat Rosella, kamu sekarang sudah resmi menjadi seorang istri. Kamu cantik, kalau kamu didandanin. Tidak pernah aku melihat wanita yang cantiknya luar dalam seperti kamu. Memang benar apa kata orang, cantik itu tidak datang dari wajah, tapi dari hati.
Rosella, ternyata pepatah  orang tua itu, tidak pernah ada yang salah. Sering aku mendengar, bahwa penyesalan itu selalu datang terlambat. Sering pula aku merasakan hal itu, tapi kali ini adalah penyesalan terbesar yang pernah aku rasakan dalam hidupku. Rosella, dua tahun aku meninggalkan Lembah Pahuan ini, aku kira tidak akan banyak yang berubah. Termasuk kamu. Aku kira, kamu akan tetap disini, menjadi pegawai kebanggaan papa, menjadi seorang gadis galak yang nyebelin, tapi juga ngangenin. Tetap disini, dan pergi ke kebun ini setiap harinya, agar aku tetap bisa menemuimu di  pohon lengkeng mandul ini. agar aku bisa melihatmu bekerja memetik bunga rosella, dan agar aku bisa memintamu menjadi pendampingku selamanya. Tidak sebagai pacar lagi, saat dulu aku bilang padamu waktu kecil itu.
Tapi ternyata aku salah Rosella, kamu sudah duluan menjadi istri orang, terlebih kamu malah akan pergi dari kebun ini. tapi tak apa Rosella, aku bahagia melihatmu bahagia. Aku senang kamu tetap bisa tersenyum. Karena tidak ada yang lebih indah dari melihat senyummu rosella.
Rosella,semoga kamu bahagia dengan suamimu. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat kamu bahagia Rosella. Dan aku akan tetap menyimpan perasaan ini dalam hatiku, hanya untukku.


Lim

          Tak terasa butir-butir hangat mengalir, semakin lama semakin deras di pipi Rose, membentuk sungai-sungai kecil, yang akhirnya jatuh. Setetes dua tetes, membasahi kertas itu. Rose merasakan sakit di hatinya yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kenapa Lim baru datang dan baru menyatakan hal ini, setelah ia menjadi istri orang lain. Andai Lim tahu. Bahwa sampai saat ini, ia pun masih menyimpan rasa itu. Seperti janjinya pada ibu. Ia akan menyimpan cinta untuk Lim hanya dalam hatinya, untuknya. Ia melihat di dahan pohon lengkeng itu masih ada sebuah bungkusan. Sebuah kotak kayu. Rose ambil kotak itu, kemudian ia buka. Air matanya kembali menderas saat melihat apa isi kotak itu. sebuah gantungan berbentuk kotak kaca bening yang didalamnya terdapat sebuah bunga rosella kecil yang indah.
          Memang inilah kehendak Tuhan Yang Mahakuasa. Menentukan segala skenario yang ada di dunia ini. Baik, buruk, manis, pahit, semua sudah ia tentukan di bukunya.
“ Rose...!” terdengar seseorang memanggilnya. Ia hafal suara itu. lekas ia hapus airmatanya. Dan memasukan surat serta gantungan kunci itu ke dalam tasnya.
“ Sedang apa disini sayang?” Fadli memanggilnya.
“ Eh, enggak... “ Rose menjawab ragu.
“ Yuk kita pulang, sebentar lagi kita berangkat...” Rose mengangguk, kemudian Fadli melingkarkan tangannya ke pinggang Rose. Mengajak Rose pulang. Rose mengangguk dan menurut. Mereka berjalan berdua meninggalkan kebun rosella yang penuh kenangan itu. sementara di sudut lain, Lim menatap mereka dari kejauhan. Mencoba seikhlas mungkin untuk melepaskan semua cintanya.
“ Semoga kau bahagia Rosella...!”
***

0 komentar:

Posting Komentar