Suatu
hari, terjadi sebuah pertengkaran hebat antara Cinta dan Hati. Hati merasa
bahwa Cinta telah berubah. Tak seperti yang ia kenal dulu.
“ Ada
apa ini, Cinta? Mengapa kau jadi berubah seperti ini? Kau bukan Cinta yang
selama ini aku kenal...”
Cinta hanya
mendengus kasar mendengar hal itu. Cinta malah menjawab dengan cibiran dan
senyuman sinis.
“ Ingat
Cinta, sifatmu tidak seperti ini! Kau indah, kau anugerah cinta...!” Hati
semakin memelas.
“
Persetan dengan anugerah, persetan dengan semua hal indah...! bagiku ini indah.
Hidup bersama hawa nafsu, itu indah...” Cinta semakin congkak bicara.
“
Yakinkah dengan apa yang kau katakan Cinta? Karena aku tidak melihat lagi
ketulusan di matamu Cinta...!”
“ Hati,
apa kau tak tahu mengapa aku jadi seperti ini? ini semua karena kau...! ini
semua karena kelalaianmu...” Hati terhenyak. Kaget.
“
Mengapa kau tidak sungguh-sungguh menjagaku? Mengapa kau membiarkan aku pergi
bersama hawa nafsu? Mengapa kau biarkan kesucianku hilang? Mengapa kau biarkan
aku yang diciptakan sebagai anugerah, disalahgunakan oleh hawa nafsu? Mengapa
kau tidak menjagaku dalam diammu Hati? “ air mata Cinta mulai meleleh.
“ Kau
biarkan aku melebur dalam kehinaan. Kau biarkan aku difitnah oleh banyak
orang... Mana ketulusan yang kau miliki untuk melindungiku dalam diammu, Hati?”
Hati tertegun mendengar semua ucapan Cinta. Ia baru menyadari bahwa ia telah
lalai menjaga Cinta. Tuhan telah menyuruhnya untuk menjaga Cinta sampai Ia benar-benar
mengizinkan untuk jatuh di Hati lain yang tepat bagi Cinta.
Cinta
butuh keadilan, Cinta butuh penjagaan, karena ia tahu ia rapuh. Karena ia tahu
ia bisa menjadi apapun yang diinginkan oleh orang lain. Namun begitu, cinta tak
pernah mau hidup dengan hawa nafsu. Cinta itu indah, cinta itu anugerah. Ia
ingin Hati benar-benar menjaganya dalam diam. sebelum semuanya menjadi benar, karena sungguh itu akan benar-benar terasa lebih
indah.
0 komentar:
Posting Komentar