Dibalik semaraknya gema takbir sambut bulan Ramadhan,
dibalik sukacita dalam menyongsong bulan suci ini,
Aku, sang surau kecil masih merasa lengang.
Setiap malam, saat sholat tarawih, aku hanya dipenuhi orang2 tua yang bahkan sebagiannya sudah pikun. Raut wajah kebingungan, seringkali kulihat dari para jama'ah karena tak tahu siapa imam yg akan memimpin mereka.
Dimana anak2 muda yg waktu kecil dulu, berbondong2 menghampiriku? Kemana semangat mereka yang ketika kecil dulu, bahkan jauh sebelum adzan berkumandang, mereka sudah ada di berandaku?
Aku rindu para pemuda, aku rindu para pemuda itu. Para pemuda yang akan menjadi penopang bangunan sebuah negara.
Saat waktu sholat tiba, kerap kali hanya suara serak orang tua itu yang terdengar dariku. Suara serak dari seorang yang kadang tak terdengar di hari2 tertentu. Mungkin ia sakit, atau mungkin kelelahan lantaran seharian bekerja.
Lalu apakah kalian akan tetap bergantung pada suara serak orang tua itu? Dimana kalian?
Tak rindukah kalian padaku?
Tak ingatkah kalian padaku? Yang setiap hari aku selalu berharap kalian akan datang.
Ingatlah wahai pemuda, kalianlah harapanku.
Ingatlah, bahwa setiap waktu aku mengharapkanmu. Ingatlah, bahwa pintuku selalu terbuka untukmu.
0 komentar:
Posting Komentar